Senin, 26 September 2011

APA TUJUAN UMAT KRISTEN BERPUASA?


Pada bulan April, menjelang perayaan Paskah biasanya umat Kristen melakukan puasa. Akan tetapi apa sebenarnya tujuan umat Kristen berpuasa? Apakah hanya untuk meneruskan tradisi saja karena Yesus sendiri pada saat menjelang pengorbanan-Nya dikayu salib juga melakukan puasa, bahkan Yesus berpuasa selama empat puluh hari empat puluh malam (Matius 4:2). Tidak kurang dari tiga puluh lima kata “berpuasa” disebutkan dalam kitab perjanjian lama dan dua puluh kata “berpuasa” disebutkan dalam kitab perjanjian baru.
            Puasa merupakan kebiasaan yang cukup populer bagi umat beragama, hampir setiap agama menganjurkan puasa, hanya cara dan tujuannya berbeda-beda. Bagaimana dengan agama kristen dalam mengartikan puasa itu sendiri, apakah tujuan umat kristen berpuasa? Mungkin sudah banyak yang tahu tentang hakikat berpuasa bagi umat kristen tetapi mungkin juga masih banyak orang kristen yang tidak tahu tujuan dari berpuasa itu sendiri. Banyak orang kristen yang mengartikan hal berpuasa sesuai dengan pengertiannya sendiri-sendiri tanpa mempedulikan maksud dari Alkitab. Mungkin kita pernah mendengar orang kristen yang masih bertanya:
v  Apakah puasa itu untuk mencari pahala?
v  Setiap hari apa saja, sebaiknya kita berpuasa?
v  Bulan atau momen yang bagaimanakah sebaiknya orang kristen berpuasa?
v  Kalau orang kristen berpuasa waktu sahur dan bukanya pukul berapa?
v  Pantangannya apa saja bagi orang Kristen yang berpuasa?
v  Bahkan mungkin ada pertanyaan: Boleh tidak gosok gigi pada saat kita berpuasa? Dan mungkin masih banyak lagi masalah teknis yang sering menjadi pertanyaan.
Demikianlah kenyataanya, masih ada kesalahpahaman bagi umat Kristen dalam berpuasa. Bagaimana ini bisa terjadi, hal ini mungkin saja terjadi karena bagi umat Kristen puasa bukan merupakan hal yang bersifat mengikat sehingga banyak umat Kristen yang kurang peduli tentang makna puasa. Bahkan mungkin selama hidup kita belum pernah sekalipun berpuasa, karena berpuasa bukan merupakan suatu keharusan.
Jika kita perhatikan dalam kitab perjanjian lama, puasa merupakan cara umat Allah untuk merendahkan diri dihadapan-Nya (Imamat 16:29, 31; Imamat 23: 27, 29, 32).  Selain itu dalam perjanjian lama berpuasa ditujukan untuk menyatakan rasa berkabung    (I Samuel 31: 13; II Samuel 1: 13; I Tawarik 10: 12; Nehemia 1:4; Mazmur 35:13). Dari beberapa contoh tersebut dapat kita pahami bahwa pada masa perjanjian lama puasa merupakan sarana umat Allah untuk berserah kepada-Nya, karena hanya Allah saja yang mampu mencurahkan berkat kepada mereka. 
Dalam perjanjian baru Tuhan Yesus juga mengajarkan tentang hal berpuasa, bahkan Yesus sendiri berpuasa sebelum Dia disalibkan. Pada masa itu Tuhan Yesus banyak mengecam kebiasaan berpuasa orang-orang Farisi yang melakukan puasa hanya untuk memamerkan “kesalehan mereka” (karena sebenarnya mereka adalah orang-orang yang munafik). Tuhan Yesus juga mengajarkan bahwa pada saat berpuasa kita tidak boleh menampakkan kepada orang lain (menyombongkan diri) bahwa kita sedang berpuasa, biarlah Bapa di surga yang mengetahuinya ( Matius 6:16, 17, 18). Selain itu Tuhan Yesus juga mengajarkan puasa sebagai sarana untuk berserah diri agar kuasa Tuhan hadir ditengah-tengah kita (Mat 7: 21; Kisah Rasul 13: 2; Kisah Rasul 14: 13). Dari beberapa contoh tersebut dapat kita pahami bahwa setelah kedatangan Yesus, ajaran puasa dalam iman Kristen tidak dititik beratkan pada hal yang bersifat jasmani atau teknis belaka (ketentuan tentang makan, minum atau hal-hal teknis lainnya) akan tetapi lebih merupakan bagian dari ekspresi kasih, sehingga diharapkan dengan berpuasa kita dapat meningkatkan rasa kasih kita kepada Allah dan sesama.
Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa bagi umat Kristen menilai sukses tidaknya ibadah puasa bukan pada kemampuan untuk menahan lapar dan haus atau hal teknis lain seperti telah dicontohkan dalam pertanyaan-pertanyaan diatas, tetapi lebih pada komitmen untuk mewujudkan kasih, karena tujuan umat Kristen berpuasa adalah sebagai salah satu  sarana ekspresi kasih kita kepada Allah dan kepada sesama. Sehingga dengan berpuasa kita dapat menguji diri kita sendiri, apakah setelah berpuasa kita menjadi semakin cinta kepada Allah? Apakah setelah berpuasa kita semakin cinta terhadap sesama? Apakah setelah berpuasa kita menjadi pribadi yang rendah hati? Apakah setelah berpuasa kita menjadi lebih giat melayani? Apakah setelah berpuasa kita bisa menjadi seorang yang pemaaf? Apakah setelah berpuasa kita menjadi suka menolong? Dan masih banyak pertanyaan lain yang dapat kita ajukkan untuk menguji apakah kita benar-benar berpuasa untuk mewujudkan kasih. Karena itu, ayo berintrospeksi.




1 komentar: